Parpol Dinilai Terlalu Fokus Jegal Ahok, Tak Pede Usung Calon Sendiri



Kegalauan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk menentukan jalur pencalonan dalam Pilgub DKI menuai kritik lantaran dinilai tak konsisten. Tapi pada sisi yang lain, partai politik juga sepertinya tak cukup percaya diri untuk mengusung calon dalam Pilgub DKI 2017.

Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz menilai secara matematis setidaknya ada 4 pasangan calon yang bisa diusung mewakili unsur parpol di DPRD dalam Pilkada Jakarta. Dengan syarat kepemilikan 22 kursi terpenuhi dari total 106 kursi.

Jika parpol-parpol pemilik kursi di DPRD DKI berkoalisi dengan target memenuhi persyaratan 22 kursi, maka bisa terdapat 4 calon gubernur dan 4 calon wakil gubernur dari unsur parpol.

Namun hingga saat ini belum ada satupun calon kuat yang dianggap bisa menyaingi Ahok. Nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang dianggap paling berpeluang, justru menolak diboyong ke DKI oleh PDIP. Padahal, banyaknya calon bisa meningkatkan partisipasi pemilih.

"Selain meningkatkan partisipasi pemilih, jumlah pasangan calon yang maksimal akan menguatkan legitimasi calon pemimpin Jakarta. Para tokoh-tokoh yang sudah berniat sejak awal untuk ikut berkompetisi juga semakin banyak yang bisa diakomodir," ucap Masykurudin dalam pesan singkat, Selasa (28/6/2016).

Semakin dini partai politik menentukan calon, semakin panjang waktu dan peluang calon tersebut untuk melakukan pendekatan dan menyerap aspirasi pemilih Jakarta. Sebaliknya, jika partai politik menentukan pasangan calon di menit terakhir, maka calon tidak dapat banyak bergerak untuk menghimpun kepentingan pemilih.

Pada Pilgub DKI 2012 lalu pasangan Jokowi-Ahok memang diusung di last minutes, namun saat itu PDIP sudah mengantongi nama Jokowi jauh-jauh hari sebelum Pilgub. Bahkan menjadi fenomena 'Ahok' dalam Pilgub 2012 karena elektabilitasnya yang juga tinggi.

"Kondisi ini yang ditunjukkan oleh partai politik Jakarta. Keraguan bahkan ketidakpercayaan diri menyelimuti partai-partai politik sehingga saling menunggu satu sama lain. Bahkan, sebagian kader partai politik sibuk merespons gerakan pencalonan perseorangan daripada mempersiapkan calon yang diusungnya sendiri," ujar Masykurudin.

Padahal, apabila setiap partai politik merepresentasikan aspirasi pemilihnya sejak awal secara baik, maka peluang calon perseorangan dengan sendirinya mengecil. Sekalipun menghadapi incumbent.

"Segala ketidakpuasan warga juga dapat diminimalisir dengan mengakomodasi aspirasi sekuat-kuatnya, tak terkecuali siapa yang diinginkan oleh masyarakat untuk menjadi pemimpinnya," ucapnya.
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment