dr Mary Sabrina Purba adalah salah satu tenaga medis dari tim Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan yang ditugaskan mengabdi di daerah terpencil provinsi Papua. Selama sekitar 1,5 tahun bertugas, beragam pengalaman unik telah dialaminya.
Salah satu pengalaman tersebut diceritakan oleh dr Mary adalah bagaimana ia dipanggil untuk mengobati warga setempat yang diduga 'kesurupan'. Meski sekilas hal tersebut sepertinya bukan bidang keahlian seorang dokter, dr Mary tetap menanggapinya dan bersama tim yang ditempatkan di Puskesmas Distrik Ninati datang mengecek keadaan.
"Minggu lalu kami dari Puskesmas Ninati ada acara pengambilan darah seluruh masyarakat satu kampung untuk pemeriksaan HIV. Jadi pada saat kemas-kemas tiba-tiba ada inang (ibu -red) datang memanggil saya bilang, 'tolong bapak di rumah, bapak mati pingsan tiba-tiba,'" kata dr Mary kepada detikHealth dan ditulis Rabu (22/6/2016).
"Sampai di sana kami lihat ternyata ambe (bapak -red) itu sudah meracau, teriak-teriak, dan memaksa mau berdiri sambil mata terbuka... Satu rumah bahkan satu RT sudah panik melihatnya. Mereka berteriak kalau ambe ini kesurupan arwah nenek moyang jadi mereka mulai sibuk cari jahe, air suci, dan batu untuk dipakai mengusir roh jahat," lanjut dokter asal Medan ini.
Sebagai tenaga medis profesional penjelasan warga tersebut tentu tak bisa diterima begitu saja oleh dr Mary. Memikirkan kemungkinan yang ada ditambah penjelasan bahwa pasien ada gejala demam sebelum pingsan, dr Mary lalu berpikir penyakit malaria yang memang endemis di Papua jadi penyebabnya.
Dengan bekal peralatan seadanya yang dibawa dari puskesmas, tes cepat untuk malaria dilakukan dan hasilnya memang positif. Dibantu tenaga beberapa orang untuk menahan pasien agar tetap tenang, obat lalu diberikan.
"Kami injeksikan obat malaria secara drip, itu juga pasien masih mengigau kejang. Ini terjadi karena panas demamnya sudah mencapai temperatur maksimal jadi seperti orang bilangnya itu 'step'," papar dr Mary.
Setelah hampir satu setengah jam tim bergulat dengan pasien dan bolak-balik mengambil perlengkapan di puskesmas, kondisi akhirnya mereda. Pasien tertidur dengan kondisi tensi dan jantung normal dengan demamnya yang juga sudah lebih rendah.
Perlengkapan adat yang sudah disiapkan untuk 'pengobatan' akhirnya tak jadi digunakan.
"Masyarakat kan tidak mengerti ini karena apa, jadinya mereka langsung bilang ini karena kerasukan. Di sini memang masih kental sekali cara adat untuk pengobatan. Biasanya mereka coba cara adat dulu dan kalau tidak sembuh baru datang ke pihak kesehatan," pungkas dr Mary.
Blogger Comment
Facebook Comment